Ibu-ibu, Anak Terlalu Lama Main Game Bikin Nilai Sekolah Jadi Jelek

Jakarta – Riset yang dilakukan oleh Rugers University menyebutkan, bahwa anak-anak usia sekolah yang terlalu lama bermain game cenderung memiliki nilai sekolah jauh lebih rendah.

Studi ini diikuti oleh 10.000 siswa sekolah menengah tahun pertama dari hasil Survey Panel Pendidikan China. Di mana rata-rata usia mereka adalah 13,5 tahun.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa anak-anak yang menggunakan media sosial atau bermain video game selama lebih dari empat jam sehari, memiliki kemungkinan lebih besar untuk bolos sekolah. Mereka yang menghabiskan waktu hingga lebih dari satu jam setiap hari selama seminggu, cenderung memiliki nilai sekolah lebih rendah, dilansir detikINET dari Eurekalert, Jumat (28/5/2021)

“Selama pandemi Covid-19, teknologi sangat penting untuk memfasilitasi pembelajaran jarak jauh. Namun di saat yang sama muncul kekhawatiran bahwa penggunaan yang berlebihan dapat berdampak buruk bagi perkembangan pendidikan anak-anak,” tulis Vivien (Wen Li) Anthony, asisten profesor di School od Social Network dan penelitian di Rutgers Center for Gambling Studies.

Anak laki-laki yang lebih banyak menggunakan teknologi untuk hiburan, cenderung lebih rendah keterlibatannya di sekolah dibandingkan dengan anak perempuan. Para peneliti pun menyarankan agar penggunaan teknologi hiburan seperti bermain media sosial dan video game tidak terlalu lama.

Disarankan tidak lebih dari satu jam setiap hari pada hari sekolah dan empat jam sehari pada saat akhir pekan. Namun terlepas dari dampak negatif yang diberikan oleh video game. Tersirat juga dampak positif yang bisa didapatkan.

Sebuah tim peneliti dari Oxford University yang bekerja sama dengan Electronic Arts (EA), menunjukkan bahwa bermain game mempengaruhi kesehatan mental para pemain. Survey ini dilakukan kepada lebih dari 3.000 responden di Amerika Serikat, Inggris dan Kanada.

Dari studi yang telah dilakukan, ada baiknya para orang tua memberikan batasan waktu pada penggunaan teknologi hiburan kepada anak-anak mereka. Hal ini untuk mengantisipasi dan mengurangi dampak buruk yang akan terjadi ke depannya.

 

Sumber : https://www.detik.com/